Strategi Pengembangan Agroindustri Jeruk Pamelo Kabupaten Pangkep

Makkulawu, Andi Ridwan and Prof. Dr. Ir. Soemarno, M.S. and Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, M.P. and Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, STP, M.P. (2025) Strategi Pengembangan Agroindustri Jeruk Pamelo Kabupaten Pangkep. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jeruk pamelo (Citrus maxima) atau jeruk bali dikenal karena ukuran buahnya besar dan kandungan nutrisinya melimpah, termasuk likopen, kalium, dan berbagai vitamin. Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan menjadi salah satu sentra produksi jeruk pamelo, yang awalnya dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan dan kini berkembang menjadi usaha tani komersial. Terdapat tiga varietas utama yang ditanam, yaitu jeruk pamelo merah, putih, dan golla-golla. Produksi jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara agroindustri, didukung lahan dan agroklimat yang sesuai. Namun, pengembangan agroindustri ini menghadapi berbagai kendala, seperti kualitas produk kurang terjamin, keterbatasan sumber daya manusia, dan teknologi yang sederhana. Meskipun industri skala besar mendominasi penciptaan nilai tambah, industri rumah tangga yang jumlahnya lebih banyak hanya mampu memberikan kontribusi kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan strategi pengembangan agroindustri jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep melalui tiga tahap penelitian. Penelitian Tahap I bertujuan: menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri jeruk pamelo menggunakan analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi yang tepat. Penelitian Tahap II bertujuan: menentukan prioritas produk olahan jeruk pamelo yang dapat dikembangkan di 13 desa penghasil jeruk pamelo menggunakan metode AHP. Penelitian Tahap III mengembangkan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan potensi jeruk pamelo dan mengevaluasi efektivitas serta efisiensi sistem yang dibangun. Hasil penelitian tahap I menunjukkan strategi pengembangan agroindustri jeruk pamelo adalah (1) Memanfaatkan ketersediaan bahan baku yang melimpah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan jeruk pamelo dengan membuat produk olahan guna meningkatkan nilai tambah produk. (2) Membuka industri pengolahan jeruk pamelo untuk memproduksi produk olahan jeruk pamelo yang bermutu sesuai kebutuhan dan selera konsumen. (3) Menambah kuantitas dan mengembangkan kualitas teknologi untuk menghasilkan produk lebih berkualitas dengan dukungan PEMDA. Hasil penelitian tahap II menggunakan metode AHP untuk menentukan prioritas pengembangan produk olahan jeruk pamelo di 13 desa. Berdasarkan analisis produk olahan dari 13 desa menggunakan metode AHP, dapat disimpulkan bahwa aromaterapi merupakan produk olahan kulit luar yang paling banyak dipilih sebagai prioritas utama, muncul di lima desa (Padang Lampe, Tamangapa, Kanaungan, Batara, dan Taraweang) dengan bobot tertinggi mencapai 0,346 di Desa Tamangapa. Untuk kategori kulit dalam, tepung jeruk menjadi produk yang paling banyak diunggulkan, muncul di empat desa (Padang Lampe, Attang Salo, Ma’rang, dan Parenreng) dengan bobot tertinggi 0,376 di Desa Padang Lampe. Sementara itu, pada kategori bulir jeruk pamelo, selai menjadi produk olahan yang paling banyak diprioritaskan, muncul di tiga desa (Padang Lampe, Attang Salo, dan Kassiloe) dengan bobot tertinggi 0,457 di Desa Padang Lampe. Di sisi lain, produk olahan dengan bobot terendah adalah jus jeruk dari bulir jeruk pamelo, yang hanya memiliki bobot 0,042 di Desa Alesipitto. Hasil Penelitian tahap III menunjukkan bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dibangun berhasil menyediakan informasi geografis yang komprehensif mengenai potensi jeruk pamelo di setiap desa penghasil jeruk pamelo di Kabupaten Pangkep. Berdasarkan hasil kuesioner efektivitas, kemanfaatan WebGIS mendapatkan bobot tertinggi yaitu 0,933, menunjukkan bahwa pengguna merasa sistem ini memberikan nilai tambah. Sebaliknya, lokasi kebun dan produk olahan memiliki bobot 0,883 yang menunjukkan tingkat keterbasan dari sistem yang dibangun. Dari kuesioner efisiensi, kemudahan WebGIS dapat diakses mendapatkan bobot tertinggi 0,912, menunjukkan bahwa pengguna merasa sistem ini mudah diakses. Namun, kemudahan dalam pencarian data memiliki bobot terendah 0,862, yang menunjukkan keterbasan sistem dalam hal kemudahan pencarian informasi.

English Abstract

The pamelo orange (Citrus maxima) or grapefruit is known for its large fruit size and abundant nutritional content, including lycopene, potassium and various vitamins. Pangkajene Islands Regency in South Sulawesi is one of the production centers for pamelo oranges, which were originally cultivated as a yard crop and have now developed into a commercial farming business. Three main varieties are grown: red, white and golla-golla pamelo oranges. Pamelo orange production in Pangkep Regency has great potential for agroindustrial development, supported by suitable land and agro-climate. However, the development of this agro-industry faces various constraints, such as less guaranteed product quality, limited human resources, and simple technology. Although large-scale industries dominate value-added creation, the larger number of household industries can only make a small contribution. This research aims to identify and develop strategies for the agro-industrial development of pomelo in Pangkep Regency through three stages of research. The first stage aims to analyse the factors influencing the development of pomelo agro-industry using SWOT and AHP analysis to determine appropriate strategies. The second stage aims to determine the priority of processed pomelo products that can be developed in 13 pomelo-producing villages using the AHP method. The third stage involves developing a Geographic Information System (GIS) to map the potential of pomelo and evaluate the effectiveness and efficiency of the system developed. The results of phase I research showed that the pamelo orange agro-industry development strategies are (1) Utilising the availability of abundant raw materials by utilising pamelo orange processing technology by making processed products to increase the added value of the product. (2) Opening a pamelo orange processing industry to produce quality pamelo orange processed products according to consumer needs and tastes. (3) Increase the quantity and develop the quality of technology to produce higher quality products with the support of the local government. The results of phase II research used the AHP method to determine the priority of pamelo orange processed product development in 13 villages. Based on the analysis of processed products from 13 villages using the AHP method, it can be concluded that aromatherapy is the most selected outer skin processed product as the top priority, appearing in five villages (Padang Lampe, Tamangapa, Kanaungan, Batara, and Taraweang) with the highest weight reaching 0.346 in Tamangapa Village. For the inner peel category, orange flour is the most favoured product, appearing in four villages (Padang Lampe, Attang Salo, Ma'rang, and Parenreng) with the highest weight of 0.376 in Padang Lampe Village. Meanwhile, in the pamelo grapefruit category, jam is the most prioritised processed product, appearing in three villages (Padang Lampe, Attang Salo, and Kassiloe) with the highest weight of 0.457 in Padang Lampe Village. On the other hand, the processed product with the lowest weight is orange juice from pamelo orange pulp, which only has a weight of 0.042 in Alesipitto Village. The results of phase III research showed that the Geographic Information System (GIS) successfully provided comprehensive geographic information about the potential of pamelo orange in each pamelo orange producing village in Pangkep Regency. Based on the results of the effectiveness questionnaire, the usefulness of WebGIS gets the highest weight of 0.933, indicating that users feel this system provides added value. On the contrary, the location of farms and processed products has a weight of 0.883 which indicates the level of limitations of the system built. From the efficiency questionnaire, the ease with which the WebGIS can be accessed has the highest weight of 0.912, indicating that users feel the system is easily accessible. However, the ease of searching data has the lowest weight of 0.862, indicating the limitations of the system in terms of ease of searching for information.

Text (DALAM MASA EMBARGO) Andi Ridwan Makkulawu.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB)

Actions (login required)

View Item