ARTICLE AD BOX
Abstract
Vorteks Borneo merupakan sirkulasi siklonik tertutup yang terjadi di Laut Cina Selatan dan pesisir barat Kalimantan yang berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan dan cuaca ekstrem di wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis variasi musiman dan antar-tahunan dari fenomena vorteks Borneo serta pengaruhnya terhadap kondisi atmosfer dengan menggunakan data parameter atmosfer periode 2010/2011 hingga 2019/2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vorteks Borneo lebih banyak terjadi pada musim basah (NDJF) dengan total 329 hari dibandingkan musim kering (JJAS) yang hanya mencapai 26 hari. Puncak kejadian terjadi pada bulan Desember dengan 113 hari. Secara antar-tahunan, La Niña Kuat meningkatkan kejadian vorteks Borneo dengan rata-rata 47 hari per tahun, sedangkan El Niño Sangat Kuat dan IOD Positif menurunkan kejadian secara signifikan, masing-masing dengan rata-rata hanya 26 dan 20 hari per tahun. Fenomena ini berperan dalam peningkatan konvergensi angin, transpor uap air, serta curah hujan di wilayah Kalimantan dan sekitarnya. Pemahaman terhadap pola vorteks Borneo ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mitigasi bencana hidrometeorologi di Indonesia.
The Borneo vortex is a closed cyclonic circulation that occurs in the South China Sea and the western coast of Kalimantan, contributing to increased rainfall and extreme weather in the surrounding regions. This study aims to analyze the seasonal and interannual variations of the Borneo vortex phenomenon and its impact on atmospheric conditions using atmospheric parameter data from the 2010/2011 to 2019/2020 period. The results indicate that the Borneo vortex occurs more frequently during the wet season (NDJF), with a total of 329 days, compared to the dry season (JJAS), which only accounts for 26 days. The peak occurrence is in December, with 113 days. On an interannual scale, Strong La Niña increases the occurrence of the Borneo vortex, with an average of 47 days per year, whereas Very Strong El Niño and Positive IOD significantly reduce its occurrence, with an average of only 26 and 20 days per year, respectively. This phenomenon plays a role in enhancing wind convergence, moisture transport, and rainfall over Kalimantan and its surrounding areas. Understanding the pattern of the Borneo vortex can serve as a reference for hydrometeorological disaster mitigation in Indonesia.
10 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·