ARTICLE AD BOX
Abstract
Usaha mikro memiliki peran krusial dalam pembangunan nasional, serta berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengurangan kemiskinan. Pada krisis tahun 1998, usaha mikro mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, namun pada tahun 2020 keberlangsungan usaha mikro terancam akibat pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga perekonomian. Untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, pemerintah menerapkan pembatasan aktivitas, termasuk kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha mikro. Pembatasan aktivitas pada usaha mikro menyebabkan berbagai dampak, seperti penurunan permintaan konsumen, gangguan distribusi, perubahan perilaku konsumen, pengurangan tenaga kerja, hingga penutupan tempat usaha. Berdasarkan survei Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan bahwa kondisi UMKM di Indonesia memburuk, sebagian dari UMKM terpaksa menutup usahanya, dan sebagian lainnya beroperasi dengan penurunan omzet yang signifikan. Keberlanjutan usaha mikro di Kecamatan Tapos, Depok, dan Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat juga mengalami hal yang sama, sebagai wilayah suburban menghadapi tantangan dan perubahan yang signifikan. Banyak pelaku usaha mikro di wilayah ini bergantung sepenuhnya pada pendapatan dari usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada masa pandemi Covid-19, usaha mikro menghadapi baik peluang maupun ancaman. Komunikasi merupakan tantangan besar dalam mengelola krisis atau bencana, karena dapat mengurangi atau memperparah dampak kondisi yang tidak menguntungkan. Komunikasi memiliki peran penting dalam memastikan ketahanan usaha mikro selama pandemi Covid-19, karena diperlukan respons cepat dalam menghadapi ancaman dan situasi yang tidak menentu. Hal ini mencakup penyampaian informasi yang cepat dan akurat, adaptasi model pemasaran dan promosi, strategi hubungan pelanggan, penguatan jaringan dan kolaborasi, serta inovasi dan pengembangan kapasitas. Pelaku usaha mikro perlu memiliki sikap resiliensi dalam menghadapi ancaman yang dapat mengganggu bahkan menghentikan usaha mereka. Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis proses komunikasi resiliensi pelaku usaha mikro terdampak pandemi covid-19 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; (2) Menganalisis pengaruh proses komunikasi resiliensi usaha level mikro terhadap resiliensi usaha mikro; (3) Merumuskan model komunikasi resiliensi usaha level mikro terdampak covid-19 terkait peningkatan resiliensi. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivistik dengan menerapkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, yaitu penelitian kuantitatif yang diperkuat oleh penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan riset survei dengan empat peubah bebas (karakteristik pemilik usaha mikro, karakteristik usaha mikro, disrupsi pandemi Covid-19 usaha mikro, dan tingkat peranan media massa) serta dua peubah terikat (proses komunikasi resiliensi usaha mikro dan resiliensi usaha mikro). Lokasi penelitian dipilih secara purposif. Penelitian ini dilakukan pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Tapos, Kota Depok dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang terdampak covid-19. Unit analisis adalah para pemilik usaha mikro mencakup tujuh tipe usaha mikro (kuliner, fashion, agraris, jasa, elektronik, craft, dan perdagangan), menggunakan proportional random sampling di tahap kuantitatif dan purposive sampling di tahap kualitatif. Pengambilan data di tahap kuantitatif menggunakan survei dengan kuesioner, sementara di tahap kualitatif menggunakan wawancara mendalam semi terstruktur dan observasi. Penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji mann-whitney untuk menguji hubungan dan perbedaan terhadap jenis usaha. Penelitian ini menggunakan Excel untuk memasukkan data, SPSS 25.0 untuk analisis statistik deskriptif dan SmartPLS4 untuk analisis statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Tidak terdapat hubungan karakteristik pelaku usaha mikro dengan proses komunikasi resiliensi (2) Terdapat hubungan karakteristik usaha mikro dengan proses komunikasi resiliensi (3) Terdapat hubungan disrupsi pandemi Covid-19 pada usaha mikro dengan proses komunikasi resiliensi (4) Terdapat hubungan tingkat peran penggunaan media massa dengan proses komunikasi resiliensi (5) Terdapat hubungan proses komunikasi resiliensi dengan resiliensi usaha mikro. Sebagai saran, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menyelidiki aspek-aspek spesifik dari karakteristik usaha mikro yang paling berpengaruh, seperti ukuran usaha, jenis industri, atau model bisnis. Meneliti lebih dalam hubungan antara komunikasi resiliensi dan resiliensi usaha mikro dengan fokus pada teknik komunikasi spesifik dan strategi yang paling efektif dapat memberikan wawasan yang berharga. Kata kunci: komunikasi resiliensi, resiliensi usaha mikro, usaha mikro