ARTICLE AD BOX
Sagu (Metroxylon spp.) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang penting, terutama sebagai pangan lokal potensial untuk mendukung diversifikasi pangan di Indonesia. Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah memiliki potensi dalam pengembangan sagu karena faktor lingkungan yang mendukung. Namun, sagu di Bangka masih tumbuh liar dan belum dibudidayakan sehingga menyebabkan penyusutan lahan dari tahun ke tahun akibat adanya konversi lahan sagu ke penggunaan lain, pemanenan yang dieksploitasi dan terbatasnya lahan yang relatif basah. Kendala lainnya yakni kondisi lahan yang sulit untuk diakses yang menyebabkan pohon sagu yang dipanen hanya yang dapat dijangkau oleh penebang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi dan potensi produksi sagu di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Pengamatan dilakukan dengan metode observatif di lapangan. Penentuan sampel dilakukan dengan memetakan sagu yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kemudian pohon sagu yang ditemukan dilakukan sampling secara acak (random sampling) dari data pemetaan yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan sampel sagu dilakukan bersamaan dengan penebang, dengan pertimbangan ketersediaan dan aksesibilitas sagu. Jumlah pohon yang dipanen berbeda di setiap lokasi dengan kriteria pemilihan sampel meliputi kulit batang yang menipis dan berwarna cokelat. Sampel berjumlah 8 pohon yang diambil dari Desa Lumut, Desa Air Mesu, Desa Cambai, Desa Kimak dan Desa Sempan masing-masing 1 pohon serta dari Desa Kayu Besi diambil 3 pohon Karakter morfologi yang diamati yaitu batang (warna empulur, warna dan ketebalan kulit batang, diameter serta tinggi), daun (warna, jumlah daun, jumlah anak daun, panjang rachis, panjang dan lebar petiole, luas daun, panjang dan lebar serta luas anak daun) dan duri. Produksi sagu didapatkan dari pati yang terkandung dalam batang. Empulur yang didapatkan kemudian dihaluskan untuk proses ekstrasi pati. Pati yang dihasilkan dari proses ekstraksi kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga menjadi pati kering. Analisis sifat kimia pati sagu dilakukan dengan menggunakan metode standar berdasarkan SNI 3729:2023. Pengujian logam berat pada pati sagu dilakukan menggunakan metode berdasarkan SNI 3729:2023. Korelasi antara karakter morfologi dengan produksi dianalisis menggunakan metode Pearson Product Market Correlation (r). Data Karakter morfologi dan produksi sagu yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan analisis klastering untuk mengetahui kekerabatan sagu. Karateristik morfologi sagu di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah menunjukkan keragaman morfologi dan produksi yang beragam. Pohon sagu yang ditemukan sebagian besar merupakan jenis sagu tidak berduri, kecuali sagu di Kayu Besi B yang memiliki duri. Produksi pati kering tertinggi ditemukan pada sagu Kayu Besi B dengan hasil 269,75 kg per batang. Analisis komposisi sifat kimia sagu menunjukkan bahwa kadar pati, protein, kadar abu dan serat kasar memenuhi standar SNI 3729:2023, namun kadar air dan lemak belum mencapai standar tersebut. Pengujian logam berat menunjukkan bahwa kandungan timah (Sn), timbal (Pb) dan kadmium (Cd) berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan SNI 3729:2023, sehingga pati sagu dari wilayah ini aman untuk konsumsi. Karakter morfologi berkorelasi signifikan terhadap produksi pati, yaitu bobot pati kering per batang berkorelasi positif dengan tinggi batang dan jumlah daun (r=0,76 dan r=0,79), namun berkorelasi negatif dengan panjang daun (r=-0,790). Hasil kekerabatan berdasarkan karakter morfologi menunjukkan koefisien kemiripan tertinggi pada pohon sagu Air Mesu dan Kimak (69%), sedangkan yang terendah terdapat pada pohon sagu Kayu Besi B (43%).
Sago (Metroxylon spp.) is an important source of carbohydrates; especially, as a potential local food in order to support food diversification in Indonesia. Bangka and Central Bangka Regencies have the potential to develop sago due to supportive environmental factors. However, sago in Bangka still grows wild and it has not been cultivated so that it causes land shrinkage from year to year due to the conversion of sago land to other uses, exploited harvesting and limited relatively wet land. Furthermore, another obstacle is the land conditions which are difficult to access, which causes only sago trees to be harvested that can be reached by loggers. The aim of this study is to identify the morphology and the potential of sago production in Bangka and Central Bangka Regencies. Observations were conducted by using observational methods in the field. Samples are determined by mapping all the sago in Bangka Belitung Islands Province, then the sago palms found are sampled randomly from the mapping data that had been collected (random sampling techniques). Sampling is carried out together with the loggers’ activities, taking into consideration the accessibility and availability of sago in the area. The main criteria for choosing the samples are trees with a thin, dark brown bark. In total, there are 8 samples. There is one sample each taken from Lumut Village, Air Mesu Village, Cambai Village, Kimak Village and Sempan Village and three samples taken from Kayu Besi Village. The morphological characters observed were the trunk (pith color, bark color and thickness, diameter and height), leaves (color, number of leaves, number of leaflets, rachis length, petiole length and width, leaf area, length and width and leaflet area) and thorns. Sago production was obtained from the starch contained in the trunk. The pith obtained was then ground for the starch extraction process. The starch produced from the extraction process was then dried in the sun until it became dry starch. Analysis of the chemical properties of sago starch was conducted by using a standard method based on SNI 3729: 2023. Moreover, heavy metal testing in sago starch was conducted by using a method based on SNI 3729:2023. The correlation between morphological characters and production was analyzed by using the Pearson Product Market Correlation (r) method. The morphological and production characteristics of sago obtained were analyzed descriptively qualitatively and quantitatively. Meanwhile, clustering analysis was conducted in order to determine the kinship of sago. The morphological characteristics of sago in Bangka and Central Bangka Regencies show diverse morphology and production. Most of the sago trees found are thornless sago, except for sago in Kayu Besi B which has thorns. The highest dry starch production was found in Kayu Besi B sago with a yield of 269.75 kg per stem. Furthermore, analysis of the chemical composition of sago shows that the starch, protein, ash and crude fiber content met the SNI 3729:2023 standard, but the water and fat content have not met the standard. Heavy metal testing shows that the tin (Sn), lead (Pb) and cadmium (Cd) content are below the maximum limit set by SNI 3729:2023 so that sago starch from this region is safe for consumption. Morphological characters correlate significantly with starch production that is dry starch weight per stem correlates positively with stem height and number of leaves (r = 0.76 and r = 0.79), but negatively correlates with leaf length (r = -0.79). In addition, the results of kinship based on morphological characters show the highest similarity coefficient in Air Mesu and Kimak sago trees (69%), while the lowest is in Kayu Besi B sago trees (43%).