Faktor Pendorong dan Penghambat Konsumsi terhadap Laron (Macrotermes sp.)

Okta Pramasella, Dhira and Dr. Rachman Hartono, S.P., M.P and Ir. Effy Yuswita, M.Si. (2025) Faktor Pendorong dan Penghambat Konsumsi terhadap Laron (Macrotermes sp.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Alternatif protein tengah menjadi perhatian global dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dan lingkungan. Terdapat banyak sumber protein alternatif yang sedang dikembangkan, salah satunya yaitu edible insect. Konsumsi serangga memiliki manfaat dari segi nutrisi dan lingkungan. Serangga membutuhkan lebih sedikit sumber daya serta menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih rendah dibandingkan dengan peternakan konvensional utamanya sapi (Lange & Nakamura, 2021). Sapi mewakili sekitar 65% emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan (4,6 gigaton CO2 -eq) (Gerber et al., 2013). Hal ini menjadikan sapi sebagai kontributor terbesar dari total emisi sektor ini. Oleh karena itu, peralihan dari konsumsi daging sapi ke protein alternatif seperti serangga menjadi langkah penting menuju keberlanjutan. Salah satu serangga yang bernilai tinggi sebagai sumber protein adalah laron (Macrotermes sp.). Namun, tingkat penerimaan serangga sebagai makanan di kalangan generasi muda masih rendah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat perilaku konsumsi mahasiswa terhadap serangga laron melalui model COM-B, serta menganalisis perbedaan perilaku berdasarkan gender dan frekuensi konsumsi daging. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober–November tahun 2024 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dengan melibatkan 350 mahasiswa aktif dari program studi Agribisnis dan Agroekoteknologi (angkatan 2022–2024). Metode penelitian bersifat kuantitatif dengan analisis deskriptif dan Chi-Square (χ2), menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi mahasiswa terhadap makanan berbasis laron masih rendah, terlihat dari nilai rata-rata pada aspek kapabilitas, peluang, dan motivasi berkisar antara 1.66–3.68. Hal ini mencerminkan ketidaksiapan untuk mengubah pola konsumsi.Terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi berdasarkan gender, sementara pola konsumsi daging tidak memengaruhi keputusan untuk mengonsumsi laron. Faktor pendorong utama adalah dukungan lingkungan (59%), pengaruh sosial (58%), dan manfaat kesehatan (55%), sedangkan faktor penghambat meliputi kebiasaan konsumsi (66%), kenyamanan (61%), dan kurangnya pemahaman mengenai laron sebagai sumber protein alternatif (45%). Strategi efektif yang diusulkan adalah melalui intervensi edukasi, pemberdayaan, pelatihan, persuasi, restruktirisasi lingkungan, dan pemodelan

English Abstract

Protein alternatives are becoming a global concern in the face of food security and environmental challenges. There are many alternative protein sources being developed, one of which is edible insects. Insect consumption has nutritional and environmental benefits. Insects require fewer resources and produce lower greenhouse gas (GHG) emissions compared to conventional livestock farming, especially cattle (Lange & Nakamura, 2021). Cattle represent about 65% of greenhouse gas emissions from the livestock sector (4.6 gigatons CO2eq) (Gerber et al., 2013). This makes cattle the largest contributor to the sector's total emissions. Therefore, shifting from beef consumption to alternative proteins such as insects is an important step towards sustainability. One insect that is highly valued as a protein source is larvae (Macrotermes sp.). However, the acceptance rate of insects as food among the younger generation is still low. This study aims to identify the drivers and inhibitors of agricultural students' consumption behavior of larval insects through the COM-B model, as well as analyze differences in behavior based on gender and frequency of meat consumption. The research was conducted in October-November 2024 at the Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya, involving 350 active students from the Agribusiness and Agroecotechnology study programs (batch 2022-2024). The research method was quantitative with descriptive analysis and Chi-Square (χ2), using Microsoft Excel and SPSS. The results showed that the consumption behavior of university students towards larvae-based food is still low, as seen from the average scores on the aspects of capability, opportunity, and motivation ranging from 1.66-3.68. There were significant differences in perceptions based on gender, while meat consumption patterns did not influence the decision to consume larvae. The main drivers were environmental support (59%), social influence (58%) and health benefits (55%), while barriers included consumption habits (66%), convenience (61%) and lack of understanding of larvae as an alternative protein source (45%). The effective strategy proposed is through educational, empowerment, training, persuasion, environmental restructuring and modelling.

Text (DALAM MASA EMBARGO) Dhira Okta Pramasella.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB)

Actions (login required)

View Item